Subscribe:

Welcome

Sabtu, 31 Maret 2012

Menghentikan Kebiasaan Mengompol


MENGOMPOL adalah hal yang biasa dialami anak semenjak bayi. Setiap saat Anda pasti disibukkan oleh acara mengganti popok atau celana. Di sini saya abaikan dulu ‘pampers’, karena tidak setiap ibu mampu untuk membelinya terus-menerus dan hanya bisa dipakai sampai batasan usia tertentu. Tidak jarang tengah malam Anda harus terbangun untuk mengecek apakah anak ngompol atau tidak. Bahkan, terkadang Anda terbangun setelah sekujur tubuh Anda basah terkena ompol anak.


1. Mengompol di Usia Sekolah
Untuk anak di bawah usia prasekolah, kebiasaan mengompol masih bisa ditoleransi. Namun, bagaimana untuk anak usia di atasnya?
Saya dilarang keras oleh suami untuk natur (Jawa), mengajak anak kencing, baik saat dia terjaga maupun tidur. Saat tidur, sebenarnya anak-anak tidak boleh diganggu karena pertumbuhan optimal organ-organ tubuh adalah pada waktu tidur. Konsekuensinya, tiap malam saya selalu terjaga mengganti celana anak sampai berkali-kali. Seluruh permukaan tempat tidur saya beri alas agar air seninya tidak tembus kasur. Sebagai catatan, tindakan menatur belum tentu menghilangkan kebiasaan mengompol pada anak. 

2. Memberi Sinyal
Anda dapat memberikan berbagai peringatan atau kalimat-kalimat hipnotis. Jika kalimat-kalimat ini diberikan secara terus-menerus, anak akan memegangnya, selanjutnya menjalankannya.
Pada usia empat tahun, saya mulai memberi sinyal pada anak, “Besok kalau TK sudah tidak ngompol lagi ya, Dik!” Kalimat ini selalu saya ucapkan saat dia ngompol, sambil saya cium atau peluk dia. Sungguh, saya tak pernah memarahinya karena hal itu masih saya anggap wajar, dan dia sangat butuh bantuan untuk menghilangkan kebiasaan itu.
Ketika anak saya duduk di TK A, terkadang dia masih mengompol, tetapi sudah tidak sesering sebelumnya. Selanjutnya saya ubah kalimat saya, “Besok di TK B sudah tidak ngompol kok, ya!” Ternyata kata-kata saya terbukti nyata. Mulai TK B dia sudah berhenti mengompol. 

3. Menanamkan Kebiasaan ke Toilet
Menghentikan kebiasaan mengompol dapat juga diatasi dengan membiasakan si kecil untuk rutin ke toilet. Tentu saja tanpa paksaan untuk mengejan, tapi kita tanyakan dulu apakah dia kebelet pipis atau tidak. Sejak anak-anak masih kecil, setiap Anda ke kamar mandi, katakan bahwa Anda hendak buang air. Tak apalah pakai istilah anak-anak, “Bunda ke kamar mandi ya, mau pipis dulu …!” Dalam benak anak akan terpatri bahwa pipis itu di kamar mandi. Paling tidak hal ini mengurangi kerepotan kita saat dia tidak tidur. 
Setiap anak akan tidur, ajaklah dia ke kamar mandi, barangkali dia hendak pipis. Begitupun saat dia bangun tidur. Yang perlu diperhatikan di sini, kita harus rajin bertanya pada si kecil.


4. Menghafalkan Isyarat Anak

Biasanya tiap anak memiliki tanda-tanda tertentu ketika merasa kebelet pipis. Ada yang memegang perut, ada yang berdiri mendekat lemari, ada yang menempel bundanya terus, dan ada pula yang langsung turun dari tempat tidur lalu terdiam. Kenalilah kebiasaan atau isyarat yang diberikan anak Anda. Akan terasa enak jika kita dapat memahami betul isyarat si kecil. Tinggal kita ajak dia ke kamar mandi, tanpa paksaan untuk mengejan.


5. Menghadapi Anak yang Susah Diatur
Bila anak sebenarnya tahu kalau dia akan pipis tapi sengaja tidak beranjak dari tempatnya, kita patut memberikan perhatian ekstra. Malahan ada yang sengaja memain-mainkan air seninya. Biasakan segera ajak dia ke kamar mandi ketika sudah mengompol, jangan tunda-tunda. Lalu berikan nasihat secara halus tapi rasional. Misalnya, “Kalau sudah kebelet pipis…, panggil Bunda ya!” Atau, “Kalau pipisnya untuk main-main, nanti tangan Adik kotor, bau, Bunda juga kesulitan membersihkannya. Kamu juga bisa terpeleset lho!
sumber :  http://sambilminumteh.blogspot.in/2012/02/menghentikan-kebiasaan-mengompol.html

0 komentar:

Posting Komentar