Subscribe:

Welcome

Senin, 16 Desember 2013

Atasi Anak yang Suka Marah-marah




Sebenarnya amarah yang terjadi pada anak biasanya adalah konsekuensi dari kesalahpahaman, penuduhan yang salah dan perlakuan yang tidak adil atau hanya perasaan tidak nyaman. Terlepas dari hal itu, 'amarah' juga bisa menjadi penyamaran emosi yang lain, karena sang anak tidak bisa mengekspresikan apa yang ia maksud. Ketika emosi telah memenuhi dirinya dan sampai pada titik puncak kesabarannya, maka anak menjadi mudah kesal atau marah. Berikut beberapa tips untuk mengatasi anak mudah marah, seperti dirangkum oleh The Parents Zone. 

1. Mengajarkan anak untuk mengekspresikan emosinya 

Tidak semua orang dapat belajar mengekspresikan emosi mereka sendiri. Sebagai orangtua itu adalah tugas Anda untuk membantu anak memahami pentingnya untuk mengekspresikan emosinya pada waktu tertentu. Untuk meyakinkan anak, bahwa Anda benar-benar mau membantunya, cobalah mengambil cuti untuk benar-benar mendengarkan apa yang terjadi pada mereka. 

2. Amarah tidak menghilangkan amarah 

Orangtua dan anak biasanya memiliki ikatan batin yang kuat, sehingga jika Anda sedang stres, anak-anak juga bisa merasakan hal serupa. Namun terkadang ada pula titik di mana Anda juga akan merasa kesal karena amarah anak. Tapi pada kenyataannya, mungkin kemarahan anak Anda sebenarnya adalah reaksi terhadap stres Anda sendiri dalam cara menghadapi mereka. Jadi cobalah untuk lebih santai dan tenang, karena secara otomatis anak-anak belajar pada apa yang mereka lihat dari orangtuanya. 

3. Cuek bukan solusi 

Mengakhiri pembahasan masalah yang belum selesai atau cuek pada kemarahan anak tidak akan membawa Anda ke suatu solusi. Terima dan hadapilah permasalahan tersebut, lalu atasi dengan benar. Ingat, bahwa bagi anak-anak semua hal adalah penting. Jadi atasi masalah mereka dengan cara yang sama. Duduklah bersama, dengarkan dengan penuh perhatian dan kemudian carilah solusinya bersama-sama. 

4. Jangan dukung tindakan agresif 

Amarah adalah hal yang normal. Justru yang bisa mengarah pada abnormal dan perubahan sikap adalah agresi yang mengikuti kemarahan tersebut. Walaupun mengekspresikan emosi itu perlu, namun bukan hal yang baik jika ia terlalu agresif dengan emosinya. Sampaikan pada anak Anda dengan sikap yang lembut, tetapi tetap tegas dan jika perlu buatlah batasan yang jelas untuk mengurangi sikap agresif tersebut. 

-- 

Posting oleh smileart ke Children pada 2/23/2012 07:45:00 PM 

Sumber: Berbagai Milis


Psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, Spi. Msi., atau yang akrab disapa Kak Seto, dalam bukunya "Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya", menjabarkan beberapa alasan utama kemarahan anak antara lain :


Janji yang Tidak Ditepati


Untuk menyenangkan anak yang tengah merengek, orang tua seringkali spontan menyetujui akan mengabulkan permintaan anak. Sayangnya janji tersebut sering tak ditepati.

Solusi : Untuk memberi contoh dan mengajarkan rasa tanggung jawab pada anak, orang tua perlu meminta maaf pada anak, terlebih dahulu. Kemudian orang tua menjelaskan kenapa janji tersebut tidak ditepati, jangan mudah memberi janji, karena anak terus mengingat janji tersebut, bahkan sampai dewasa.

Mencari Perhatian


Perlakuan dan kata-kata adalah dua bentuk konkrit kasih sayang yang dimengerti anak. Ketika anak merasa kasih sayang yang ditujukkan padanya belum dirasa cukup, anak akan mencari perhatian orang tua. Marah, mungkin akan ditafsirkan oleh anak-anak adalah cara yang efektif.

Solusi : Menghadapi kemarahan anak, orang tua perlu bersikap tenang, menggunakan humor untuk mencairkan suasana, menggunakan kalimat yang positif, untuk meyakinkan anak bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan perhatian orang tua. Kesabaran orang tua adalah kuncinya. Memeluk juga seringkali bisa merdakan kemarahan anak.

Dipaksa Disiplin


Para orang tua tentu akan membimbing putra-putrinya untuk tumbuh dengan menampilkan tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan dapat diterima oleh norma-norma yang berlaku. Maka Disiplin menjadi hal yang sangat mutlak. Sayangnya disiplin itu cenderung diterapkan dengan bau militer, tegas keras dan hukuman. Padahal peraturan yang ketat, tidak disukai anak, disiplin yang keras hanya akan mendorong rasa terkekang dan rasa marah pada anak. Anak hanya akan mengingat sisi negatif dari disiplin, yaitu hukuman.

Solusi : Pendisiplinan pada anak sebaiknya bersifat membangun dan mengarahkan anak agar dapat belajar menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana. Pendisiplinan juga harus bersifat konsisten namun tidak dengan kekerasan, baik dalam tutur kata, maupun hukumannya.


Tidak semua kemarahan anak disebabkan beberapa hal di atas begitu juga penyelesaiannya. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, cara mengatasinya pun berbeda. Yang paling mengerti karakter anak tentu saja orang tua, jadi solusi terbaik tentu saja tetap ditangan orang tua. Alhamdulillah.., semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi Anda.